Latest topics
Most Viewed Topics
Top posters
Anaknemo (771) | ||||
Batavia_Aquatic (706) | ||||
Admin (641) | ||||
Adminjava (404) | ||||
indra nyimak (364) | ||||
erms (302) | ||||
rheinhard (295) | ||||
syedjilani (276) | ||||
Giest (273) | ||||
rully chank (183) |
keindahan ikan Discus
3 posters
Page 1 of 1
keindahan ikan Discus
Keindahan dan kegesitan ikan air tawar ini dianggap sebagai raja akuarium.
Ada 60 aquarium dijejerkan sedemikian rupa. Di dalamnya tampaklah beberapa ikan yang memiliki warna-warna cerah pada tubuhnya yang membulat. Beberapa polanya membatik, ada juga meliuk-liuk dengan tubuh merah menyala nyaris di seluruh bagian kulitnya.
Warna-warna yang mencolok ini menarik perhatian pehobi dan pengunjung yang kebetulan lewat. Ikan-ikan itu adalah ikan discus (Symphysodon discus), ikan hias yang sering dijuluki “king of aquarium”.
Ikan discus bukan pendatang baru dalam dunia ikan hias. Sempat pada pertengahan tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an, ikan yang muncul dengan warna-warna cerah ini digandrungi banyak orang. Meski fenomena itu sudah berlalu, keindahan ikan discus ini masih menarik perhatian banyak pehobi. Setidaknya kehadiran komunitas Indonesia Discus Community (IDC) dapat dijadikan salah satu bukti.
Selain kegiatan berkumpul sesama pehobi ikan discus, IDC juga mengadakan kontes ikan bersama komunitas lain yang terlibat dalam perhelatan Indonesia Pet Plants Aquatic Expo (IPPAE) 2013. Puluhan aquarium sengaja disiapkan untuk dapat menarik perhatian para pehobi discus.
“Salah satu tujuan kami memang mengumpulkan pehobi ikan discus,” ujar Ketua IDC, Alvin Surya ketika ditemui SH baru-baru ini. IDC mulai terbentuk ketika IPPAE ke-2 pada 2010. Saat itu, mereka berharap komunitas yang didirikan ini dapat dipakai untuk saling berbagi pengalaman. Dari situlah, kemudian IDC berkembang lewat jejaring sosial, dan kini sudah memiliki sekitar 300-500 simpatisan.
Semenjak IDC didirikan, Alvin berkata, ia dan teman-teman yang tergabung melakukan pertemuan setidaknya sebulan sekali. Kopi darat sering dilakukan dengan berkumpul di peternakan ikan hias yang dimiliki seorang simpatisan.
“Tidak hanya satu tempat, kami bergantian berkumpul dari peternakan satu ke peternakan lain,” ia mengungkapkan.
Pada akhirnya, lewat pertemuan yang terjadi tiap bulan inilah mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Misalnya, tentang jenis-jenis baru atau cara mengatasi penyakit yang sering menghinggapi ikan discus. Mengenai permasalahan ini, Alvin berkata rata-rata yang sering ditanyakan adalah penanganan ikan discus yang terkena penyakit velvet atau persoalan pencernaan.
Alvin mengatakan, akan didapati gejala umum pada ikan discus yang terkena penyakit velvet, seperti warna kulit yang menghitam. “Sebenarnya penyakit ini lebih dikarenakan fluktuasi suhu dan pergantian air,” ujarnya.
Untuk pehobi, Alvin menyarankan mengganti air dua kali seminggu agar kualitasnya dapat terjaga. “Banyak orang berpikir memelihara discus itu susah. Ikan ini memang sensitif karena selalu perlu air yang segar. Namun, kalau dipelihara dengan penanganan tepat akan mudah. Kuncinya penggantian air,” ia menjelaskan.
Ada beberapa pilihan pakan yang dapat diberikan untuk ikan discus. Selain pakan alami, seperti cacing beku, juga disarankan memberikan pakan buatan dari jantung sapi yang dihancurkan. “Kenapa jantung sapi? Karena mengandung banyak protein dan dagingnya halus. Ikan jadi cepat besar,” ia memaparkan.
Beragam Jenis
Salah satu yang membuat Alvin tertarik memelihara ikan discus adalah ikan ini dikenal karena keindahan dan keanggunannya memiliki jenis sangat beragam. Ia mengatakan, saat ini setidaknya ada beberapa ikan yang banyak diminati pehobi, seperti jenis-jenis baru albino atau red valentine. Alvin menyebutkan, jenis terakhir merupakan hasil silang jenis red melon dan san merah.
“Banyak jenis baru dengan warna menonjol, makanya ikan ini banyak disebut sebagai king of aquarium, seperti red valentine dengan warna merah yang menutup penuh seluruh bagian tubuh ikan discus,” kata Alvin. Menariknya, sampai sekarang ia menyebutkan ada sekitar 35 jenis ikan discus.
Di tempat yang sama, Sandy mengatakan tertarik memelihara ikan discus bukan hanya karena keindahan yang ditawarkan.
“Tak cuma indah, tapi kalau dia berenang meliuk-liuk di aquarium selalu terlihat anggun,” ia menjelaskan dan diamini pehobi lain, Agusman, Tedi, dan Panji yang kebetulan ada bersamanya.
Ada 60 aquarium dijejerkan sedemikian rupa. Di dalamnya tampaklah beberapa ikan yang memiliki warna-warna cerah pada tubuhnya yang membulat. Beberapa polanya membatik, ada juga meliuk-liuk dengan tubuh merah menyala nyaris di seluruh bagian kulitnya.
Warna-warna yang mencolok ini menarik perhatian pehobi dan pengunjung yang kebetulan lewat. Ikan-ikan itu adalah ikan discus (Symphysodon discus), ikan hias yang sering dijuluki “king of aquarium”.
Ikan discus bukan pendatang baru dalam dunia ikan hias. Sempat pada pertengahan tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an, ikan yang muncul dengan warna-warna cerah ini digandrungi banyak orang. Meski fenomena itu sudah berlalu, keindahan ikan discus ini masih menarik perhatian banyak pehobi. Setidaknya kehadiran komunitas Indonesia Discus Community (IDC) dapat dijadikan salah satu bukti.
Selain kegiatan berkumpul sesama pehobi ikan discus, IDC juga mengadakan kontes ikan bersama komunitas lain yang terlibat dalam perhelatan Indonesia Pet Plants Aquatic Expo (IPPAE) 2013. Puluhan aquarium sengaja disiapkan untuk dapat menarik perhatian para pehobi discus.
“Salah satu tujuan kami memang mengumpulkan pehobi ikan discus,” ujar Ketua IDC, Alvin Surya ketika ditemui SH baru-baru ini. IDC mulai terbentuk ketika IPPAE ke-2 pada 2010. Saat itu, mereka berharap komunitas yang didirikan ini dapat dipakai untuk saling berbagi pengalaman. Dari situlah, kemudian IDC berkembang lewat jejaring sosial, dan kini sudah memiliki sekitar 300-500 simpatisan.
Semenjak IDC didirikan, Alvin berkata, ia dan teman-teman yang tergabung melakukan pertemuan setidaknya sebulan sekali. Kopi darat sering dilakukan dengan berkumpul di peternakan ikan hias yang dimiliki seorang simpatisan.
“Tidak hanya satu tempat, kami bergantian berkumpul dari peternakan satu ke peternakan lain,” ia mengungkapkan.
Pada akhirnya, lewat pertemuan yang terjadi tiap bulan inilah mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Misalnya, tentang jenis-jenis baru atau cara mengatasi penyakit yang sering menghinggapi ikan discus. Mengenai permasalahan ini, Alvin berkata rata-rata yang sering ditanyakan adalah penanganan ikan discus yang terkena penyakit velvet atau persoalan pencernaan.
Alvin mengatakan, akan didapati gejala umum pada ikan discus yang terkena penyakit velvet, seperti warna kulit yang menghitam. “Sebenarnya penyakit ini lebih dikarenakan fluktuasi suhu dan pergantian air,” ujarnya.
Untuk pehobi, Alvin menyarankan mengganti air dua kali seminggu agar kualitasnya dapat terjaga. “Banyak orang berpikir memelihara discus itu susah. Ikan ini memang sensitif karena selalu perlu air yang segar. Namun, kalau dipelihara dengan penanganan tepat akan mudah. Kuncinya penggantian air,” ia menjelaskan.
Ada beberapa pilihan pakan yang dapat diberikan untuk ikan discus. Selain pakan alami, seperti cacing beku, juga disarankan memberikan pakan buatan dari jantung sapi yang dihancurkan. “Kenapa jantung sapi? Karena mengandung banyak protein dan dagingnya halus. Ikan jadi cepat besar,” ia memaparkan.
Beragam Jenis
Salah satu yang membuat Alvin tertarik memelihara ikan discus adalah ikan ini dikenal karena keindahan dan keanggunannya memiliki jenis sangat beragam. Ia mengatakan, saat ini setidaknya ada beberapa ikan yang banyak diminati pehobi, seperti jenis-jenis baru albino atau red valentine. Alvin menyebutkan, jenis terakhir merupakan hasil silang jenis red melon dan san merah.
“Banyak jenis baru dengan warna menonjol, makanya ikan ini banyak disebut sebagai king of aquarium, seperti red valentine dengan warna merah yang menutup penuh seluruh bagian tubuh ikan discus,” kata Alvin. Menariknya, sampai sekarang ia menyebutkan ada sekitar 35 jenis ikan discus.
Di tempat yang sama, Sandy mengatakan tertarik memelihara ikan discus bukan hanya karena keindahan yang ditawarkan.
“Tak cuma indah, tapi kalau dia berenang meliuk-liuk di aquarium selalu terlihat anggun,” ia menjelaskan dan diamini pehobi lain, Agusman, Tedi, dan Panji yang kebetulan ada bersamanya.
Re: keindahan ikan Discus
Sedikit mengenal ikan Discus
Discus adalah spesies ikan air tawar asli lembah Sungai Amazon, Amerika Selatan. Discus pertamakali dikenalkan pada tahun 1840 oleh Dr. Heckel dengan nama Symphysodon Discus. Varian Discus aslinya digolongkan ke dalam 3 jenis berdasarkan warna, yaitu Symphysodon aequifasciata aequifasciata (Green Discus), Symphysodon aequifasciata axelrodi (Brown Discus), dan Symphysodon aequifasciata haraldi (the blue variant). Seiring dengan semakin banyaknya orang yang tertarik memelihara Discus, bahkan di beberapa Negara di Asia, budidaya Discus telah menjadi industri besar. Dari situ banyak kegiatan penelitian dan usaha yang dilakukan untuk menghasilkan strains baru dari ikan Discus. Sehingga tak heran jika saat ini tercatat terdapat puluhan strains ikan Discus yang ada di pasaran. Discus sangat populer sebagai ikan akuarium dan kadang disebut sebagai rajanya ikan hias.
Pemeliharaan
Discus yang indah dan memiliki bentuk yang sempurna, berasal dari bibit dan kondisi pertumbuhan yang baik sejak lahir.
Ada asumsi bahwa memelihara ikan discus seperti memelihara putri raja. Mereka cantik tetapi manja. Anggapan ini mungkin tidak sepenuhnya salah. Discus memang terkenal sangat membutuhkan kualitas air yang baik untuk dapat bertahan hidup, berkembang biak dan untuk menjaga penampilannya. Namun hal itu juga tidak berarti memelihara discus begitu sulit.
Ada beberapa media atau peralatan yang perlu anda persiapkan untuk memulai pemeliharaan ikan discus. Di antaranya adalah aquarium yang dapat menampung air yang cukup (idealnya 200 liter untuk 4 ekor discus). Filter osmosis dan juga lampu Ultra violet untuk membantu sterilisasi air. Dalam kondisi atau daerah tertentu, heater juga diperlukan. untuk menanggulangi perubahan suhu udara yang ekstrim. Suhu yang ideal untuk pemeliharaan discus adalah 29 derajat Celcius.
Sistem filtrasi yang baik untuk pemeliharaan discus adalah hal yang penting, bahkan diwajibkan. Hal ini adalah kunci utama untuk menjaga kualitas air agar tetap prima, selain itu tentu saja untuk menghindari keharusan melakukan proses pergantian air yang terlalu sering.
Hal utama yang harus diingat oleh anda yang ingin berkecimpung dalam pemeliharaan ikan berjuta corak ini adalah karakter air yang disukainya. Memang benar, kualitas air adalah faktor utama yang harus anda cermati. Disini, secara singkat akan kita bicarakan point-point apa saja yang harus diperhatikan untuk membuat kualitas air yang baik untuk discus.
Tingkat keasaman air (pH). Sangat baik jika pH air mendekati netral. Pertahankan agar pH berada pada kisaran pH 6.0 dan 7.0. Discus akan nyaman dengan kisaran pH seperti ini.
Untuk menjaga kestabilan pH, maka kesadahan air juga perlu diperhatikan. Usahakan agar kesadahan Kalsium berada dalam kisaran 5 -7 KH, sedangkan untuk kesadahan umum pada kisaran 12 15 GH. Perhatikan kondisi air di lingkungan tempat anda memelihara diskus. Jika kesadahan air lebih dari 12gH, maka gunakanlah filter reverse osmosis. Ia dapat mengembalikan kesadahan air pada derajat yang dibutuhkan. Cartridge dari Filter reverse osmosis perlu diganti secara berkala, dan frekwensi pergantiannya tergantung seberapa tinggi tingkat senyawa yang terkandung dalam air yang anda pakai.
Selanjutnya adalah kadar amonia. Amonia adalah kandungan senyawa yang sangat buruk di dalam air, yang dapat menyebabkan kematian pada ikan diskus. Ia adalah senyawa yang dihasilkan dari kotoran yang dibuang oleh ikan dari sisa makanannya. Idealnya adalah, bahwa dalam tangki/aquarium tidak mengandung amonia sama sekali (0%). Disinilah mengapa filter di dalam akuarium diskus adalah hal yang wajib diterapkan.
Nitrit juga sama, ia termasuk kandungan yang berbahaya, dan harus dijaga agar serendah mungkin kandungannya. Hal ini dapat dicapai dengan cara melakukan pergantian air secara berkala atau dengan menanam tanaman air di dalam aquarium discus.
Nitrat tidak terlalu berbahaya sebagaimana amonia dan nitrit. Ia tidak akan membuat ikan anda mati dalam semalam. Namun demikian sebaiknya kadar Nitrat di dalam air, tetap dipertahankan pada level yang paling rendah.
Logam berat dalam air juga perlu diperhatikan. Senyawa ini dapat dikurangi dengan menggunakan filter yang berbahan dasar karbon.
Pakan
Pakan yang baik untuk discus itu berupa Burger ( Pakan Buatan ) , Cacing Beku ( FBW ) dan TB
FBW pun tidak sepenuhnya bagus karena FBW juga dalam pengelolaan atau pengepakanya kadang masih belum bersih, sehingga menyebabkan ikan discus mengalami WF ( berak putih ) tapi walau bagaimanapun pakan hidup tetap penting dalam petumbuhan ikan discus
Penyakit
pada umumnya penyakit ikan discus tidak jauh berbeda dengan ikan" yang lainnya seperti fin root ,gill root , tail root , white spot dll
ada beberapa penyakit yang sering muncul pada ikan discus
White Face atau berak putih
Ciri cirinya kotoran berwarna putih, Kalau menurut pengalaman saya, ikan kalo kena berak putih bisanya yg terganggu adalah sistem pencernaannya. Itu disebabkan oleh makanan yang dimakan itu kotor seperti FBW yang kurang bagus...
penanganan
- bisa menggunakan metronidazol yang bisa di campur di burger atau langsung di taruh di tank dosis 2gr per 100 liter
- gunakan heater di suhu 32c
- baiknya mencegah penyakit ini dengan pemberian burger yang sudah di campur dengan metronidazol yang di berikan berkala karena lebih baik mencegah dari pada mengngobati
VELVET
Penyakit Velvet pada ikan discus disebabkan oleh sejenis eksternal Protozoa dari jenis Dinoflagellata yaitu Oodinium, protozoa ini sangat kecil (20 microns), Penyakit ini menular lewat kontak langsung dengan ikan yang terserang penyakit tersebut atau air yang telah terkontaminasi dengan protozoa tersebut.
Gejala dari ciri penyakit ini biasanya adalah : Discus mengeluarkan lendir di sekitar tubuhnya dan dapat terlihat pada fin-nya, ikan kadang menggesekan tubuhnya pada dasar atau subtrat lainnya seperti dinding tank, cone atau pipa buangan air. Discus yang terkena penyakit ini umumnya langsung menguncup fin-nya, tidak aktif berenang dan bersembunyi disudut tank.
Berikut ini beberapa cara pengobatan yang umum dilakukan
Cara 1:
- Kumpulkan ikan yang sakit dalam sebuah tank berukuran 100 lt air masukan Chlorampenicol 1.5 gram (6 kapsul 250 mg), Acriflavine 2 PPM atau 20 ml dan Garam ikan 2 sendok makan ke dalam tank
- Sponge filter dapat tetap dibiarkan dalam tank dan tambahkan aerasi, gunakan heater dengan suhu 28 derajat Celcius.
- Biarkan tank tersebut selama 2 atau 3 hari, bila airnya menjadi keruh karena lendir dapat dikuras semua dan ulangi dosis tersebut hingga ikan kembali sehat dan tidak ada lendir atau selaput seperti kapas pada tubuhnya.
Cara 2:
- Siapkan tank berukuran 100 liter air dengan sponge filter dan aerasi yang cukup.
- Mandikan Discus yang terjangkit Velvet dengan larutan PK yang cukup gelap selama 1 menit (Beberapa breeder yang berpengalaman umumnya memegang Discus dengan tangan dan usapkan secara perlahan dan tidak ditekan, larutan PK tersebut dengan menggunakan kapas halus, ke sekujur tubuh ikan dari arah kepala ke ekornya, berulang kali dan jangan bolak-balik! sebab akan meyebabkan sisik dan tubuh ikan terkelupas)
Catatan :
Metode ini cukup efektif, tapi harus diperhatikan bahwa PK yang terlalu pekat akan membunuh ikan atau merusak fin, ekor dan bagian tubuh ikan lainnya.
White Spot
Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali
penanganan
Tindakan karantina terhadap penghuni akuarium baru merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white spot. Pada dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini. Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di toko-toko akuarium. Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa kimia seperti metil biru atau garam ikan
Perlakuan perendaman dengan garam dalam jangka panjang (selama 7 hari pada dosis 2ppt(part per thousand)) diketahui dapat menghilangkan white spot . Perlakuan ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang tahan terhadap garam.
Discus adalah spesies ikan air tawar asli lembah Sungai Amazon, Amerika Selatan. Discus pertamakali dikenalkan pada tahun 1840 oleh Dr. Heckel dengan nama Symphysodon Discus. Varian Discus aslinya digolongkan ke dalam 3 jenis berdasarkan warna, yaitu Symphysodon aequifasciata aequifasciata (Green Discus), Symphysodon aequifasciata axelrodi (Brown Discus), dan Symphysodon aequifasciata haraldi (the blue variant). Seiring dengan semakin banyaknya orang yang tertarik memelihara Discus, bahkan di beberapa Negara di Asia, budidaya Discus telah menjadi industri besar. Dari situ banyak kegiatan penelitian dan usaha yang dilakukan untuk menghasilkan strains baru dari ikan Discus. Sehingga tak heran jika saat ini tercatat terdapat puluhan strains ikan Discus yang ada di pasaran. Discus sangat populer sebagai ikan akuarium dan kadang disebut sebagai rajanya ikan hias.
Pemeliharaan
Discus yang indah dan memiliki bentuk yang sempurna, berasal dari bibit dan kondisi pertumbuhan yang baik sejak lahir.
Ada asumsi bahwa memelihara ikan discus seperti memelihara putri raja. Mereka cantik tetapi manja. Anggapan ini mungkin tidak sepenuhnya salah. Discus memang terkenal sangat membutuhkan kualitas air yang baik untuk dapat bertahan hidup, berkembang biak dan untuk menjaga penampilannya. Namun hal itu juga tidak berarti memelihara discus begitu sulit.
Ada beberapa media atau peralatan yang perlu anda persiapkan untuk memulai pemeliharaan ikan discus. Di antaranya adalah aquarium yang dapat menampung air yang cukup (idealnya 200 liter untuk 4 ekor discus). Filter osmosis dan juga lampu Ultra violet untuk membantu sterilisasi air. Dalam kondisi atau daerah tertentu, heater juga diperlukan. untuk menanggulangi perubahan suhu udara yang ekstrim. Suhu yang ideal untuk pemeliharaan discus adalah 29 derajat Celcius.
Sistem filtrasi yang baik untuk pemeliharaan discus adalah hal yang penting, bahkan diwajibkan. Hal ini adalah kunci utama untuk menjaga kualitas air agar tetap prima, selain itu tentu saja untuk menghindari keharusan melakukan proses pergantian air yang terlalu sering.
Hal utama yang harus diingat oleh anda yang ingin berkecimpung dalam pemeliharaan ikan berjuta corak ini adalah karakter air yang disukainya. Memang benar, kualitas air adalah faktor utama yang harus anda cermati. Disini, secara singkat akan kita bicarakan point-point apa saja yang harus diperhatikan untuk membuat kualitas air yang baik untuk discus.
Tingkat keasaman air (pH). Sangat baik jika pH air mendekati netral. Pertahankan agar pH berada pada kisaran pH 6.0 dan 7.0. Discus akan nyaman dengan kisaran pH seperti ini.
Untuk menjaga kestabilan pH, maka kesadahan air juga perlu diperhatikan. Usahakan agar kesadahan Kalsium berada dalam kisaran 5 -7 KH, sedangkan untuk kesadahan umum pada kisaran 12 15 GH. Perhatikan kondisi air di lingkungan tempat anda memelihara diskus. Jika kesadahan air lebih dari 12gH, maka gunakanlah filter reverse osmosis. Ia dapat mengembalikan kesadahan air pada derajat yang dibutuhkan. Cartridge dari Filter reverse osmosis perlu diganti secara berkala, dan frekwensi pergantiannya tergantung seberapa tinggi tingkat senyawa yang terkandung dalam air yang anda pakai.
Selanjutnya adalah kadar amonia. Amonia adalah kandungan senyawa yang sangat buruk di dalam air, yang dapat menyebabkan kematian pada ikan diskus. Ia adalah senyawa yang dihasilkan dari kotoran yang dibuang oleh ikan dari sisa makanannya. Idealnya adalah, bahwa dalam tangki/aquarium tidak mengandung amonia sama sekali (0%). Disinilah mengapa filter di dalam akuarium diskus adalah hal yang wajib diterapkan.
Nitrit juga sama, ia termasuk kandungan yang berbahaya, dan harus dijaga agar serendah mungkin kandungannya. Hal ini dapat dicapai dengan cara melakukan pergantian air secara berkala atau dengan menanam tanaman air di dalam aquarium discus.
Nitrat tidak terlalu berbahaya sebagaimana amonia dan nitrit. Ia tidak akan membuat ikan anda mati dalam semalam. Namun demikian sebaiknya kadar Nitrat di dalam air, tetap dipertahankan pada level yang paling rendah.
Logam berat dalam air juga perlu diperhatikan. Senyawa ini dapat dikurangi dengan menggunakan filter yang berbahan dasar karbon.
Pakan
Pakan yang baik untuk discus itu berupa Burger ( Pakan Buatan ) , Cacing Beku ( FBW ) dan TB
FBW pun tidak sepenuhnya bagus karena FBW juga dalam pengelolaan atau pengepakanya kadang masih belum bersih, sehingga menyebabkan ikan discus mengalami WF ( berak putih ) tapi walau bagaimanapun pakan hidup tetap penting dalam petumbuhan ikan discus
Penyakit
pada umumnya penyakit ikan discus tidak jauh berbeda dengan ikan" yang lainnya seperti fin root ,gill root , tail root , white spot dll
ada beberapa penyakit yang sering muncul pada ikan discus
White Face atau berak putih
Ciri cirinya kotoran berwarna putih, Kalau menurut pengalaman saya, ikan kalo kena berak putih bisanya yg terganggu adalah sistem pencernaannya. Itu disebabkan oleh makanan yang dimakan itu kotor seperti FBW yang kurang bagus...
penanganan
- bisa menggunakan metronidazol yang bisa di campur di burger atau langsung di taruh di tank dosis 2gr per 100 liter
- gunakan heater di suhu 32c
- baiknya mencegah penyakit ini dengan pemberian burger yang sudah di campur dengan metronidazol yang di berikan berkala karena lebih baik mencegah dari pada mengngobati
VELVET
Penyakit Velvet pada ikan discus disebabkan oleh sejenis eksternal Protozoa dari jenis Dinoflagellata yaitu Oodinium, protozoa ini sangat kecil (20 microns), Penyakit ini menular lewat kontak langsung dengan ikan yang terserang penyakit tersebut atau air yang telah terkontaminasi dengan protozoa tersebut.
Gejala dari ciri penyakit ini biasanya adalah : Discus mengeluarkan lendir di sekitar tubuhnya dan dapat terlihat pada fin-nya, ikan kadang menggesekan tubuhnya pada dasar atau subtrat lainnya seperti dinding tank, cone atau pipa buangan air. Discus yang terkena penyakit ini umumnya langsung menguncup fin-nya, tidak aktif berenang dan bersembunyi disudut tank.
Berikut ini beberapa cara pengobatan yang umum dilakukan
Cara 1:
- Kumpulkan ikan yang sakit dalam sebuah tank berukuran 100 lt air masukan Chlorampenicol 1.5 gram (6 kapsul 250 mg), Acriflavine 2 PPM atau 20 ml dan Garam ikan 2 sendok makan ke dalam tank
- Sponge filter dapat tetap dibiarkan dalam tank dan tambahkan aerasi, gunakan heater dengan suhu 28 derajat Celcius.
- Biarkan tank tersebut selama 2 atau 3 hari, bila airnya menjadi keruh karena lendir dapat dikuras semua dan ulangi dosis tersebut hingga ikan kembali sehat dan tidak ada lendir atau selaput seperti kapas pada tubuhnya.
Cara 2:
- Siapkan tank berukuran 100 liter air dengan sponge filter dan aerasi yang cukup.
- Mandikan Discus yang terjangkit Velvet dengan larutan PK yang cukup gelap selama 1 menit (Beberapa breeder yang berpengalaman umumnya memegang Discus dengan tangan dan usapkan secara perlahan dan tidak ditekan, larutan PK tersebut dengan menggunakan kapas halus, ke sekujur tubuh ikan dari arah kepala ke ekornya, berulang kali dan jangan bolak-balik! sebab akan meyebabkan sisik dan tubuh ikan terkelupas)
Catatan :
Metode ini cukup efektif, tapi harus diperhatikan bahwa PK yang terlalu pekat akan membunuh ikan atau merusak fin, ekor dan bagian tubuh ikan lainnya.
White Spot
Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali
penanganan
Tindakan karantina terhadap penghuni akuarium baru merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white spot. Pada dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini. Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di toko-toko akuarium. Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa kimia seperti metil biru atau garam ikan
Perlakuan perendaman dengan garam dalam jangka panjang (selama 7 hari pada dosis 2ppt(part per thousand)) diketahui dapat menghilangkan white spot . Perlakuan ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang tahan terhadap garam.
Re: keindahan ikan Discus
kenapa kok dulu aku beli warnanya agak silver, tapi kemudian berubah jadi agak gelap ya
kmoce- Egg Fish
- Posts : 5
Points : 3232
Reputation : 0
Join date : 2016-02-12
Similar topics
» Tempat hunting ikan Discus
» Salam Kenal DISCUS Mania
» Cipinang Discus
» Cara mudah merawat discus
» Discus Planted Tank :)
» Salam Kenal DISCUS Mania
» Cipinang Discus
» Cara mudah merawat discus
» Discus Planted Tank :)
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Sun 26 May 2024, 07:08 by alwansyakir
» 3 Cara memasukan foto
Sun 26 May 2024, 07:01 by alwansyakir
» Terbaru! Update Stock April 2024
Wed 24 Apr 2024, 17:15 by Coral Action
» UPDATE STOCK CORAL Maret 2024- Coralactions - Jakarta Barat
Mon 25 Mar 2024, 14:01 by Coral Action
» Jual Coral Premium - Jakarta Barat
Mon 04 Mar 2024, 18:21 by reefer reefer
» Jual Coral Premium - Jakarta Barat
Thu 29 Feb 2024, 11:02 by Coral Action
» XIV Nano Reef Tank
Wed 24 Jan 2024, 10:03 by XIV
» Advanced topic : Pentingnya Keseimbangan kalsium dan Carbonate dalam reef aquarium
Tue 03 Oct 2023, 05:07 by Dilly ardianwiguna
» Manfish Black Angel
Wed 23 Aug 2023, 12:22 by indra nyimak
» Chemiclean Boyds
Sun 06 Aug 2023, 13:24 by Bali Reef Box
» Our store
Sat 22 Oct 2022, 14:19 by Reef House Banten
» Palmas Senegalus terlihat sakit
Sat 17 Sep 2022, 01:13 by jo
» Tes Kit CA dan KH
Thu 01 Sep 2022, 10:03 by awink76
» Tank belum jadi (Tank belajar..) :D _TOTY IFC-2018
Wed 19 Jan 2022, 22:29 by pitoyop
» We are organising a online live event this Sunday with RedSea chief scientist
Thu 09 Dec 2021, 12:16 by Admin
» Tanya jawab seputar Additives dan Chemistry
Mon 25 Oct 2021, 01:09 by Widi
» Aulonocara di Kolam Tanpa Powerhead
Sat 03 Jul 2021, 18:27 by Mrxlazuardin
» 3 Hasil Tangkapan Ikan Terbesar di Dunia
Fri 11 Jun 2021, 06:32 by sarilegen
» Donut terlepas dari Cangkang
Thu 10 Jun 2021, 10:12 by hermasyah.1972
» Atlas of Fishes - Gobies
Fri 04 Jun 2021, 17:47 by xenkzz
» WTS Coral peliharaan
Sun 23 May 2021, 20:13 by bowo04
» Mencari n.Multifasciatus
Sat 22 May 2021, 11:30 by coktsa
» Dihibahkan akuarium uk 120cm
Sun 18 Apr 2021, 04:54 by landax
» Hibah Lion Fish Cepetan
Sun 18 Apr 2021, 04:53 by landax
» Air Hujan
Wed 10 Mar 2021, 08:30 by Hendra Halim
» XIV's Aquascape Tanks
Thu 04 Feb 2021, 09:46 by Asfur
» TEMPAT BERTANYA NAMA KORAL YANG TIDAK DIKETAHUI
Thu 28 Jan 2021, 18:32 by Dan
» Yuk diskusi tentang air payau dan lingkungan sekitarnya kawan-kawan
Wed 13 Jan 2021, 08:49 by Asfur
» WTS Aquarium cube 30cm, Red Sea AB+ ecer, Auto top off, Skimmer peralatan Reef Aquascape
Thu 07 Jan 2021, 03:06 by sasugadesu
» How to Start Marine Tank - Part 1 : What You Need Before Starting
Mon 28 Dec 2020, 07:33 by Edy siswanto